Jumat, 22 April 2011

Kuliner Islam

TIMUR-TENGAH  »  AS SYIRAH
Jumat, 30 Juli 2010 16:28 WIB

Warisan Budaya Kuliner Islam



Warisan Budaya Kuliner Islam  


Istanbul - Karya peneliti Foundation for Science, Technology, and Civilization, Dr. Zohor Idrisi, "Pengaruh Seni Kuliner Islam di Eropa" menarik dibaca. Sebab, dunia muslim terutama, Timur Tengah selama ini dikenal sebagai negara penghasil minyak, apalagi konstelasi konflik seolah mengaburkan beragam khasanah yang ada.

Padahal, dalam artikel pengantar mengenai dunia kuliner Islam dan pengaruhnya ke Eropa, Dr. Zohor Idrisi mengungkapkan di masa jatuhnya Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 Masehi seluruh kemajuan peradaban manusia sedikit terhenti.

Baru pada abad ke 7, peradaban lain bangkit secara tak terduga. Di abad ini, ditandai oleh transisi dunia Islam yang berkembang di luar batas-batas etnis dengan munculnya sang Pembawa wahyu.

Dalam konferensi internasional 1001 ditemukan Warisan Dunia Muslim yang diselenggarakan FSTC di Museum Sains dan Industri di Manchester pada tanggal 8 Maret 2006. Pada kesempatan peluncuran pameran 1001 penemuan. Proses konferensi yang disunting oleh Dr Salim Ayduz dan Dr Saleema Kauser memperlihatkan bagaimana sumbangsih dunia Islam terhadap peradaban dunia.

Sebagai daerah yang sebelumnya belum memeluk Islam. Saat itu orang Arab dianugrahi aneka macam buah-buahan dan sayuran yang sebelumnya tidak mereka ketahui.

Bahkan transplantasi dari keanekaragaman tanaman dan pohon buah bantalan dengan iklim yang berbeda menjadi tantangan yang memotivasi Pertanian Revolusi Islam, untuk terus memproduksi buah-buuahan menjadi minuman dan makanan. Kekayaan ini bahkan hingga menjalar ke eropa, dari mulai siruf, makanan, bahkan aneka buah kurma dengan segala jenis dan rasanya.

Melimpahnya gula sejak abad 4 SM Yunani yang diambil dari India seperti "madu tumbuh yang tumbuh di pohon tanpa lebah." Saat itu kesulitan untuk mengolahnya, sebab tidak ada ahlinya.

Namun, agronomers Muslim justru punya keterampilan di bidang itu. Sehingga untuk transplantasi tanaman kaum muslim tidak kesulitan. Hal ini bahkan telah membudidaya di Mesir, Suriah, Afrika Utara dan pengaruhnya hingga Spanyol dan Sisilia.

Salah satu warisan revolusi pertanian Islam adalah kemampuannya mengolah. Saat itu perdagangan pun berkembang pesat. Sehingga dunia Islam terus melakukan skpansi melalui hubungan pertukaran manusia dan pertukaran pengetahuan atau yang disebut cultural share.

Selain itu, ilmu kedokteran Muslim juga telah berkembang, puncaknya ketika abad-12 di bawah pemerintahan Harun Al-Rasyid. Ketersediaan tumbuhan dan rempah rempah yang sebelumnya tak dikenal kemudian diolah menjadi makanan yang sedap untuk disaji, biasanya para raja muslim dan tamunya kerap mengadakan perjamuan malam dari hasil olehan rempah dan tumbuhan yang ada.

Patut disebutkan disini, beberapa karya penting dari dokter Islam adalah: 1. Thabit Ibn Qurra (836-901). 2. Abu Bakar al-Razi (865-925) 3. Al-Hawi fi-Tibb. 4. Ibnu Sina (980-1037) Al-Qanun fi-Tibb. 5. Ibn Said al-Qurthubi (abad ke-10) "Kitab khalq al-janin tadbîr wa al-hibâla (diet untuk Foetus dan ibu hamil) 6. Abu Marwan Ibnu Zuhr (1092-1161) 7. llm-mudâwât Al-Taysîr fi wa-l-tadbîr Kitab al-aghdia (Buku Nutrisi-Al Ibn Zuhrs Taysir).

Dengan demikian, dalam domain Islam seni kuliner tidak berkembang secara acak. Sebaliknya, itu adalah seni dalam dirinya sendiri, berdasarkan penelitian medis yang menyeluruh sampai petunjuk saran ahli diet. (mink/lik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar